semua pasti bisa

Pengujian Pemulihan Sistem IT dari Bencana Masih Rendah

02/11/2009 19:38

 

Jum'at, 23 Oktober 2009 | 16:24 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Keselamatan dan keamanan sistem IT dalam berbagai situasi adalah kondisi ideal yang diharapkan perusahaan mana pun. Akan tetapi, angka pengujian pemulihan sistem IT dari bencana (disaster recovery) masih terbilang rendah. 

Itulah sebagian hasil survei Disaster Recovery (DR) yang digelar Symantec yang diumumkan di Jakarta pada Selasa lalu. Ini adalah survei global lima tahunan yang digelar Symantec terhadap 1.650 manajer TI perusahaan besar di 24 negara. 

Temuan survei itu menyebutkan hanya 35 persen responden yang menguji DR sekali setahun, atau lebih jarang dari itu. Meski begitu, persentase ini sudah meningkat 12 persen ketimbang tahun lalu. Di sisi lain, yang memprihatinkan, satu dari empat pengujian masih gagal. 

Tantangan yang dihadapi perusahaan tersebut antara lain kurangnya sumber daya manusia yang memiliki waktu banyak (48 persen), gangguan pengujian terhadap karyawan (44 persen), anggaran (44 persen), dan pelanggan (40 persen). 

Padahal, bila gagal dalam melakukan DR, maka dampaknya berupa ongkos pemulihan yang besar akan dirasakan oleh perusahaan. Untuk setiap downtime di seluruh dunia, perusahaan mesti mengeluarkan ongkos US$ 287.600. Ini tentu sangat mengkhawatirkan. 

Oleh sebab itu Symantec menyarankan perusahaan lebih banyak melakukan otomatisasi. Ini untuk menjawab kekurangan sumber daya manusia. Selain itu, perusahaan juga perlu mengimplementasi metode pengujian DR secara berulang kali namun tak mengganggu operasional bisnis.

Salah satu tren yang mempengaruhi DR saat ini adalah virtualisasi. ”Begitu konsumen memakai virtualisasi, cara untuk melakukan DR juga berubah secara keseluruhan,” kata Raymond Goh, Direktur Teknik Regional untuk Systems Engineering dan Customer Advisory Services Symantec.

Sebanyak 64 persen responden menyatakan bahwa mereka harus mengevaluasi rencana DR lantaran virtualisasi. Angka ini meningkat 55 persen dari tahun lalu. Selain itu 27 persen tak melakukan pengujian lingkungan virtual. Sebanyak 36 persen data dalam sistem yang menerapkan virtualisasi tak di-backup secara berkala. 

Alasan para responden antara lain kurangnya tool untuk mengelola penyimpanan mereka. Selain itu, lagi-lagi terjadi persoalan keterbatasan sumber daya manusia, anggaran, dan ruang. 

Melihat hal ini, Symantec menyarankan perusahaan mengimplementasi lebih banyak tool otomatisasi untuk meminimalisasi keterlibatan manusia dan mengatasi kelemahan lain. Symantec juga meminta perusahaan mengevaluasi dan mengimplementasi metode pengujian yang tidak mengganggu bisnis. 

 

© 2009 All rights reserved.

Create a website for freeWebnode